Hari
itu jum’at, 29 juni 2012 aktivitasku sebagai mahasiswa dirantau orang berjalan
seperti biasanya. Aku menjalaninya dengan senang hati karena selalu mendapat semangat
dan dukungan dari mkeluarga yang kucintai trutama dari ayah dan ibuku. Sama
seperti hari-hari sebelumnya hari itu, tak ada sesuatu yang ganjil atau
berbeda. Setiap harinya aku selalu mendapat telepon dari ayahku meski cuma
sebentar untuk sekedar menanyakan keadaanku. Rasanya setiap hari bahkan setiap
waktu kalau ada kesempatan ayah hampir tak pernah absen untuk menelponku.
Ya sejak tahun 2010 yang lalu aku merantau
ke ibukota provinsi kami untuk melanjutkan pendidikanku ke sebuah universitas
disana. Dan sejak iyu pula aku harus tinggal terpisah dengan kedua orang tuaku.
Begitu juga dengan kakakku, sudah sejak tahun 2008 telah meninggalkan kampong
halaman untuk melanjutkan pendidikan, namun dia telh selesai pada tahun 2011
karena kuliah di jenjang D3. Dan pada hari itu kakakku sedang berada di Bandung
guna melanjutkan pendidikannya. Sama halnya denganku, ayahpun tak pernah absen
untuk menelponnya. Begitulah ayahku bias dikatakan tak pernah luput untuk
menghubungi kami anak-anaknya hampir setiap hari. Ada waktunya ayah menelpon
kita sedang waktu senggang di kantornya, ada juga ketika sedang bekerja hanya
karena teringat kami kuliah atu libur. Itulah yang membuat ayahku berbeda
dengan ayah-ayah temanku yang kebanyakan intensitas menghubungi anaknya bias
dihitung, 2 hari sekali, 3 hari sekali atau bahkan seminggu sekali. Kata
kakakku ayah tidak berhenti menelponnya unyuk menanyakan bagaimana kelanjutan
pendidikannya. Ayah menelpon tepat setelah jam kantor sebelum pulang ke rumah
untuk menunaikan kewajiban seorang muslim yaitu shalat jumat. Kata ibuku
seperti biasanya juga, setelah shalat jumat ayah dengan gembira kembali ke
kantor untuk menyelesaikan tugasnaya. Ya sejak ayah ditetapkan sebagai kasubag
umum dan kepegawaian tugas ayah semkin banyak & ayah terlihat lebih sibuk
dari jabatan sebelumnya. Lagi-lagi hari itu tak ada keanehan karena ayah tetap
menjalani aktivitasnya
Pada hari itu ayah pulang ke rumah
sedikit terlambat yaiyu pukul 18.30 wib, 30 lmenit lebih lama dari biasanya.
Malam harinya seusai magrib kata ibu ayah bersenda dengan dua adikku yang
paling kecil, yak arena mereka kembar. Setelah lelah bersenda adikku tertidur
dan ayanhku pun menelpon kakak. Dari cerita ibu yang mendengar percakapan ayah
dan kakak mlam itu ayah meminta dibelikan sepatu dan celana oleh kakak. Karena
sedang berada di Jawa Barat yang terkenal dengan industri sepatu di Cibaduyut.
Belum sempat terjadi percaapan yang lebih jauh lagi akhirnya telepon tiba- tiba
terputus karena signal ditempat kakak ku tidak begitu bagus.
Ayahpun
mencoba menelpon kembali tetapi tidak dapat tersambung dengan kakak. Akhirnya
ayah menelpon ku dan kami berbincang- bincag singkat. Ketika itu ayah
mengatakan baru saja menelpon kakak dan akupun meminta aagar ayah menyambungkan
telpon ke kakak dengan mengaktifkan conference dimenu panggilan agar telepon
kami berdua tersambung dengan kakak. Tetapai lagi- lagi tidak bias karena
signal yang tidak bersahabat dan akhirnya ayah selesai menelpon. Tak lama
berselang setelah isya, aku mendapat telepon dari keluarga bahwa baru saja ayah
dipanggil oleh pemilikNya puku 20.30 wib yang lalu. Tak dapat ku bayangkan betapa
sedihnya hatiku ketika itu, dunia seolah runtuh seketika. Betapa tidak, belum
lama telpon terputus hanya berselang setengah jam ayahku telah tiada. Rasanya
sulit ku percaya karena masih terdengar jelas suara ayah menelpon ku.
Namun
saat itu aku harus ikhlas menerima ketentuanNya. Yang terfikir oleh ku saat itu
hanya menghubungi mobil yang dapat membawa ku pulang malam itu juga. Setelah
berhasil mnghubungi pihak mobil aku lagi teringat apakah kakak ku sudah
mengetahui kabar ini atau tidak. Lansung ku telpon dia untuk memberitahu. Ya,
benar saja, kakak ku tidak mengetahuinya. Tapi tidak sepertiku ketika mendapat
kabar itu dia hanya terdiam tidak langsung menangis histeris seperti ku. Aku
tahu dia lebih tegar dari apa yang ku bayangkan. Saat itu dia hanya terdiam dan
sambil bertanya apakah kabar yang aku katakan benar adanya. Setelah mendapat
kabar tersebut kakak hanya berkata “sudah dulu ya nanti kakak telpon lagi”.
Ternyata kakak menghubungu keluarga terdekat untuk menanyakan kebenarannya.
Barulah setelah itu kakak meneteskan air mata. Dan kakak menelpon ku untuk
menanyakan apakah aku sdah dalam perjalanan pulang. Bias kubyangkan perasaan
kakak saat itu mengingat jarak kami yang terpisah pulau antara Jawa dan
Sumatera. Belum tentu keesokan harinya dia dapat tiba di rumah. Sementara aku
pagi keesokan harinya telah tiba di rumah dan kakak harus melewati proses
panjang, membeli tiket pesawat karena harus menempuh udara sampai ke Medan dan
harus melewati perjalanan darat lagi selama lebih kurang 10 jam untuk tiba di
kampong halamanku. Hari itu aku tiba di rumah dengan suasana berbeda dari
biasanya. Saat itu rumah telah dipenuhi oleh keluarga, mulai dari kerabat
ayah,ibu,teman-teman ayah dan ibu serta tetangga untuk melayat dan menunaikan
fardhu kifayah terhadap ayahku. Saat itu aku menangis memeluk ibu dan
keluargaku. Saat itu ayahku telah terbujur kaku tak berdaya.
Puisi :
Aku merindukanmu Ayah
Ayah..
Kini ku rasakan hidup tanpamu
Aku sepi hidup tanpa mu
Namun ini harus ku jalani
Walau terasa sangat berat ku jalani
Ayah...
Terima kasih atas semuanya
Semua kasih sayang yang kau curahkan
Semua pengorbanan yang kau lakukan
Ayah...
Kini aku merindukanmu
Merindukan saat-saat bersamamu
Merindukan kasih sayang darimu
Ayah...
Ingin rasanya aku berjumpa denganmu
Walau hanya dalam mimpiku
Walau hanya memandang wajahmu
Saat ku butuh ayah
Saat ku rindu ayah
Hanya selembar foto peninggalmu
Yang dapat mengobati rasa rinduku
Tuhan..
Sungguh aku tak pernah rela kehilangan dia
Namun aku sadar semua ini milikimu
Dan akan kembali kepadamu
Tuhan...
Jagalah dia selalu
Bahagiakan dia di sisimu
Karena dia adalah ayah terbaikku
Selamat jalan ayah
Semoga engkau bahagia di sisi-Nya
Semoga kita dapat berkumpul lagi di dalam surga-Nya
Nantilah aku ayah...
Aku sangat merindukanmu ayah...
Kini ku rasakan hidup tanpamu
Aku sepi hidup tanpa mu
Namun ini harus ku jalani
Walau terasa sangat berat ku jalani
Ayah...
Terima kasih atas semuanya
Semua kasih sayang yang kau curahkan
Semua pengorbanan yang kau lakukan
Ayah...
Kini aku merindukanmu
Merindukan saat-saat bersamamu
Merindukan kasih sayang darimu
Ayah...
Ingin rasanya aku berjumpa denganmu
Walau hanya dalam mimpiku
Walau hanya memandang wajahmu
Saat ku butuh ayah
Saat ku rindu ayah
Hanya selembar foto peninggalmu
Yang dapat mengobati rasa rinduku
Tuhan..
Sungguh aku tak pernah rela kehilangan dia
Namun aku sadar semua ini milikimu
Dan akan kembali kepadamu
Tuhan...
Jagalah dia selalu
Bahagiakan dia di sisimu
Karena dia adalah ayah terbaikku
Selamat jalan ayah
Semoga engkau bahagia di sisi-Nya
Semoga kita dapat berkumpul lagi di dalam surga-Nya
Nantilah aku ayah...
Aku sangat merindukanmu ayah...